1. Sir Isaac Newton (1642 – 1727) mengemukakan teori emisi yang
menyatakan sumber cahaya memancarkan partikel-partikel yang sangat kecil
ke segala arah dengan kecepatan yang sangat besar.
2. Christian Huygens (1629 – 1695) mengemukakan teori undulasi yang
menyatakan cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi, hanya berbeda
frekuensi dan panjang gelombangnya. Huygens memperkenalkan eter sebagai
medium (zatantara) perambatan cahaya. Walaupun, pada akhirnya tidak
dapat dibuktikan keberadaan eter itu.
3. Thomas Young (1773 – 1829) dan Agustin Jean Fresnel (1788 – 18270.
Mengemukakan pendapat tentang cahaya yaitu cahaya dapat mengalami
difraksi (lenturan) dan interferensi (perpaduan)
4. Jean Leon Faucault (1819 – 1868). Mengemukakan pendapat tentang
cahaya sebagai berikut ; cepat rambat cahaya dalam zat cair lebih kecil
daripada cepat rambat cahaya di udara. Hal ini bertentangan dengan teori
emisi Newton.
5. James Clerk Maxwell (1831 – 1879). Mengemukakan pendapat tentang
cahaya sebagai berikut : cepat rambat gelombang electromagnet sama
dengan cepat rambat cahaya 3 ‘ 108 m /s. Cahaya
Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai dua buah gelombang
yang merambat secara transversal pada dua buah bidang tegak lurus yaitu
medan magnetik dan medan listrik. Merambatnya gelombang magnet akan
mendorong gelombang listrik, dan sebaliknya, saat merambat, gelombang
listrik akan mendorong gelombang magnet. Diagram di atas menunjukkan
gelombang cahaya yang merambat dari kiri ke kanan dengan medan listrik
pada bidang vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal.
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika,
cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang
kasat mata maupun yang tidak. [2][3]
Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara
bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya
yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan
optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang
mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang
gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan
interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial
geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik
fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi.
Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris
(en:geometrical optics) dan optika fisis (en:physical optics).
Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak
tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859
dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877
Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat
menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori radiasi massa
hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang
teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang
disebut elemen energi, E. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat
percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi
elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924
percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat
dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas
partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat
postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta
yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya
Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel
masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum
mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner
Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann,
Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.
Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan
sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran
partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada
tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun
1960.
Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi
memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.
Cahaya
Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang
bisa dilihat dengan mata. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1
meter adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299,792,458
detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.
Cahaya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matahari adalah sumber
cahaya utama di Bumi. Tumbuhan hijau memerlukan cahaya untuk membuat
makanan.
Sifat-sifat cahaya ialah, cahaya bergerak lurus ke semua arah. Buktinya
adalah kita dapat melihat sebuah lampu yang menyala dari segala penjuru
dalam sebuah ruang gelap. Apabila cahaya terhalang, bayangan yang
dihasilkan disebabkan cahaya yang bergerak lurus tidak dapat berbelok.
Namun cahaya dapat dipantulkan .
Teori tentang cahaya
Teori abad ke-10
Ilmuwan Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (965–sekitar 1040), dikenal juga
sebagai Alhazen, mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan,
menggunakan geometri dan anatomi. Teori itu menyatakan bahwa setiap
titik pada daerah yang tersinari cahaya, mengeluarkan sinar cahaya ke
segala arah, namun hanya satu sinar dari setiap titik yang masuk ke mata
secara tegak lurus yang dapat dilihat. Cahaya lain yang mengenai mata
tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat. Dia menggunakan kamera
lubang jarum sebagai contoh, yang menampilkan sebuah citra terbalik.
Alhazen menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil
yang bergerak pada kecepatan tertentu. Dia juga mengembangkan teori
Ptolemy tentang refraksi cahaya namun usaha Alhazen tidak dikenal di
Eropa sampai pada akhir abad 16.
Teori Partikel
Isaac Newton menyatakan dalam Hypothesis of Light pada 1675 bahwa cahaya
terdiri dari partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah
dari sumbernya. Teori ini dapat digunakan untuk menerangkan pantulan
cahaya, tetapi hanya dapat menerangkan pembiasan dengan menganggap
cahaya menjadi lebih cepat ketika memasuki medium yang padat tumpat
karena daya tarik gravitasi lebih kuat.
Teori Gelombang (atau Ray)
Christiaan Huygens menyatakan dalam abad ke-17 yang cahaya dipancarkan
ke semua arah sebagai ciri-ciri gelombang. Pandangan ini menggantikan
teori partikel halus. Ini disebabkan oleh karena gelombang tidak
diganggu oleh gravitasi, dan gelombang menjadi lebih lambat ketika
memasuki medium yang lebih padat. Teori gelombang ini menyatakan bahwa
gelombang cahaya akan berinterferensi dengan gelombang cahaya yang lain
seperti gelombang bunyi (seperti yang disebut oleh Thomas Young pada
kurun ke-18), dan cahaya dapat dipolarisasikan. Kelemahan teori ini
adalah gelombang cahaya seperti gelombang bunyi, memerlukan medium untuk
dihantar. Suatu hipotesis yang disebut luminiferous aether telah
diusulkan, tetapi hipotesis itu tidak disetujui.
Teori Elektromagnetik
Pada 1845 Faraday menemukan bahwa sudut polarisasi dari sebuah sinar
cahaya ketika sinar tersebut masuk melewati material pemolarisasi dapat
diubah dengan medan magnet.Ini adalah bukti pertama kalau cahaya
berhubungan dengan Elektromagnetisme. Faraday mengusulkan pada tahun
1847 bahwa cahaya adalah getaran elektromagnetik berfrekuensi tinggi
yang dapat bertahan walaupun tidak ada medium.
Teori ini diusulkan oleh James Clerk Maxwell pada akhir abad ke-19,
menyebut bahwa gelombang cahaya adalah gelombang elektromagnet sehingga
tidak memerlukan medium untuk merambat. Pada permukaannya dianggap
gelombang cahaya disebarkan melalui kerangka acuan yang tertentu,
seperti aether, tetapi teori relativitas khusus menggantikan anggapan
ini. Teori elektromagnet menunjukkan yang sinar kasat mata adalah
sebagian daripada spektrum elektromagnet. Teknologi penghantaran radio
diciptakan berdasarkan teori ini dan masih digunakan.
Kecepatan cahaya yang konstan berdasarkan persamaan Maxwell berlawanan
dengan hukum-hukum mekanis gerakan yang telah bertahan sejak zaman
Galileo, yang menyatakan bahwa segala macam laju adalah relatif terhadap
laju sang pengamat. Pemecahan terhadap kontradiksi ini kelak akan
ditemukan oleh Albert Einstein.
Teori Kuantum
Teori ini di mulai pada abad ke-19 oleh Max Planck, yang menyatakan pada
tahun 1900 bahwa sinar cahaya adalah terdiri dari paket (kuantum)
tenaga yang dikenal sebagai photon. Penghargaan Nobel menghadiahkan
Planck anugerah fisika pada 1918 untuk kerja-kerjanya dalam penemuan
teori kuantum, walaupun dia bukannya orang yang pertama memperkenalkan
prinsip asas partikel cahaya.
Teori Dualitas Partikel-Gelombang
Teori ini menggabungkan tiga teori yang sebelumnya, dan menyatakan bahwa
cahaya adalah partikel dan gelombang. Ini adalah teori modern yang
menjelaskan sifat-sifat cahaya, dan bahkan sifat-sifat partikel secara
umum. Teori ini pertama kali dijelaskan oleh Albert Einstein pada awal
abad 20, berdasarkan dari karya tulisnya tentang efek fotolistrik, dan
hasil penelitian Planck. Einstein menunjukkan bahwa energi sebuah foton
sebanding dengan frekuensinya. Lebih umum lagi, teori tersebut
menjelaskan bahwa semua benda mempunyai sifat partikel dan gelombang,
dan berbagai macam eksperimen dapat di lakukan untuk membuktikannya.
Sifat partikel dapat lebih mudah dilihat apabila sebuah objek mempunyai
massa yang besar.
Pada pada tahun 1924 eksperimen oleh Louis de Broglie menunjukan
elektron juga mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang. Einstein
mendapatkan penghargaan Nobel pada tahun 1921 atas karyanya tentang
dualitas partikel-gelombang pada foton, dan de Broglie mengikuti
jejaknya pada tahun 1929 untuk partikel-partikel yang lain.
Panjang Gelombang Tampak
Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang
antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara).
Rumus kecepatan-cahaya
v = λf,
Dimana λ adalah panjang gelombang, f adalah frekuensi, v adalah
kecepatan cahaya. Kalau cahaya bergerak di dalam vakum, jadi v = c, jadi
c = λf,
di mana c adalah laju cahaya. Kita boleh menerangkan v sebagai
di mana n adalah konstan (indeks biasan) yang mana adalah sifat material yang dilalui oleh cahaya.
Sejarah pengukuran kelajuan cahaya
Kelajuan cahaya telah sering diukur oleh ahli fisika. Pengukuran awal
yang paling baik dilakukan oleh Olaus Roemer (ahli fisika Denmark),
dalam 1676. Beliau menciptakan kaedah mengukur kelajuan cahaya. Beliau
mendapati dan telah mencatatkan pergerakan planet Saturnus dan satu dari
bulannya dengan menggunakan teleskop. Roomer mendapati bahwa bulan
tersebut mengorbit Saturnus sekali setiap 42-1/2 jam. Masalahnya adalah
apabila Bumi dan Saturnus berjauhan, putaran orbit bulan tersebut
kelihatan bertambah. Ini menunjukkan cahaya memerlukan waktu lebih lama
untuk samapai ke Bumi. Dengan ini kelajuan cahaya dapat diperhitungkan
dengan menganalisa jarak antara planet pada masa-masa tertentu. Roemer
mendapatkan angka kelajuan cahaya sebesar 227,000 kilometer per detik.
Mikel Giovanno Tupan memperbaiki hasil kerja Roemer pada tahun 2008. Dia
menggunakan cermin berputar untuk mengukur waktu yang diambil cahaya
untuk bolak-balik dari Gunung Wilson ke Gunung San Antonio di
California. Ukuran jitu menghasilkan kelajuan 299,796 kilometer/detik.
Dalam penggunaan sehari-hari, jumlah ini dibulatkan menjadi dan 300,000
kilometer/detik.
Warna dan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang berbeda-beda diinterpretasikan oleh otak manusia
sebagai warna, dengan merah adalah panjang gelombang terpanjang
(frekuensi paling rendah) hingga ke ungu dengan panjang gelombang
terpendek (frekuensi paling tinggi). Cahaya dengan frekuensi di bawah
400 nm dan di atas 700 nm tidak dapat dilihat manusia. Cahaya disebut
sebagai sinarultraviolet pada batas frekuensi tinggi dan inframerah (IR
atau infrared) pada batas frekuensi rendah. Walaupun manusia tidak dapat
melihat sinar inframerah kulit manusia dapat merasakannya dalam bentuk
panas. Ada juga camera yang dapat menangkap sinar Inframerah dan
mengubahnya menjadi sinar tampak. Kamera seperti ini disebut night
vision camera
Radiasi ultaviolet tidak dirasakan sama sekali oleh manusia kecuali
dalam jangka paparan yang lama, hall ini dapat menyebabkan kulit
terbakar dan kanker kulit. Beberapa hewan seperti lebah dapat melihat
sinar ultraviolet, sedangkan hewan-hewan lainnya seperti Ular Viper
dapat merasakan IR dengan organ khusus.
dispersi cahaya
Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya
putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang
gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias
yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks
biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias
kaca setiap warna cahaya.
Sudut dispersi
F = du - dm
F = (nu - nm)b
dm = sudut deviasi merah
du = sudut deviasi ungu
nu = indeks bias untuk warna ungu
nm = indeks bias untuk warna merah
Catatan :
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan susunan Prisma Akhromatik.
Ftot = F kerona - Fflinta = 0
Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan susunan prisma pandang lurus.
Dtot = Dkerona - Dflinta = 0
Dispersi
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi
cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma
lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih
terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda
panjang gelombang.
Warna Panjang gelombang
Ungu 400-440nm
Biru 440-495nm
Hijau 495-580nm
Kuning 580-600nm
Orange 600-640nm
Merah 640-750nm
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan
cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan
menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi
komponen komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma dari
kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya
infrared adalah prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna
cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna
ungu mengalami deviasi terbesar.
Sudut dispersi:
• F = du - dm
• F = (nu - nm)b
•
o dm = sudut deviasi merah
o du = sudut deviasi ungu
o nu = indeks bias untuk warna ungu
o nm = indeks bias untuk warna merah
Catatan : Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah
kita gunakan susunan Prisma Akhromatik. Ftot = F kerona - Fflinta = 0
Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan susunan prisma pandang lurus. Dtot = Dkerona - Dflinta = 0
Pendahuluan Gelombang Cahaya
Dalam kehidupan sehari-hari sering Anda mengamati pelangi. Apa yang Anda
ketahui tentang pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau
setelah hujan turun dan matahari tetap bersinar? Apakah cahaya
merupakan suatu gelombang?
Terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, kita sering berpikir bahwa
pelangi adalah warna-warni cahaya yang nampak indah. Pelangi muncul pada
saat musim hujan karena pelangi hanya dihasilkan oleh air hujan. Cahaya
merupakan suatu gelombang elektromagnetik memiliki arah rambat yang
sama dengan gelombang bunyi, jadi termasuk gelombang longitudinal.
Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut
disajikan konsepsi ilmiah terkait dengan gelombang cahaya.
Dispersi Cahaya (Disperse Light Wave)
Gelombang dan sifat-sifatnya sebagian sudah dikenal pada waktu membahas
getaran dan gelombang. Pada bagian ini, kita akan membahas gelombang
cahaya. Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat
dideteksi mata manusia. Cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang
secara umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga
memiliki sifat-sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat
melalui ruang hampa.
Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya
putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang
gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias
yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks
biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias
kaca setiap warna cahaya. Perhatikan Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Dispersi cahaya pada prisma
Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut
kemudian terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut deviasi yang berbeda.
Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi. Besar sudut dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:
Φ = δu - δm = (nu – nm) β .......................................2.1
Keterangan:
Φ = sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
δu = deviasi sinar ungu
δm=deviasi sinar merah
Penerapan Dispersi:
Contoh peristiwa dispersi pada kehidupan sehari-hari adalah pelangi.
Pelangi hanya dapat kita lihat apbila kita membelakangi matahari dan
hujan terjadi di depan kita. Jika seberkas cahaya matahari mengenai
titik-titik air yang besar, maka sinar itu dibiaskan oleh bagian depan
permukaan air. Pada saat sinar memasuki titik air, sebagian sinar akan
dipantulkan oleh bagian belakang permukaan air, kemudian mengenai
permukaan depan, dan akhirnya dibiaskan oleh permukaan depan. Karena
dibiaskan, maka sinar ini pun diuraikan menjadi pektrum
matahari.Peristiwa inilah yang kita lihat di langit dan disebut pelangi.
Bagan terjadinya proses pelangi dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Proses terjadi pelangi
Interferensi Cahaya
Pada bab 1(gelombang mekanik), Anda telah ketahui bahwa dua gelombang
dapat melalui satu titik yang sama tanpa saling mempengaruhi. Kedua
gelombang gelombang itu memiliki efek gabungan yang diperoleh dengan
menjumlahkan simpangannya. Interferensi adalah paduan dua gelombang atau
lebih menjadi satu gelombang baru. Jika kedua gelombang yang terpadu
sefase, maka terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan).
Gelombang resultan memiliki amplitudo maksimum.
Jika kedua gelombang yang terpadu berlawanan fase, maka terjadi
interferensi destruktif (saling melemahkan). Gelombang resultan memiliki
amplitudo nol. Setiap orang dengan menggunakan sebuah baskom air dapat
melihat bagaimana interferensi antara dua gelombang permukaan air dapat
menghasilkan pola-pola bervariasi yang dapat dilihat dengan jelas. Dua
orang yang bersenandung dengan nada-nada dasar yang frekuensinya berbeda
sedikit akan mendengar layangan (penguatan dan pelemahan bunyi) sebagai
hasi interferensi (akan dibahas pada Bab 3).
Warna-warni pelangi menunjukkan bahwa sinar matahari adalah gabungan
dari berbagai macam warna dari spektrum kasat mata. Di lain fihak, warna
pada gelombang sabun, lapisan minyak, warna bulu burung merah, dan
burung kalibri bukan disebabkan oleh pembiasan. Hal ini terjadi karena
interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar yang dipantulkan oleh
suatu lapisan tipis. Adanya gejala interferensi ini bukti yang paling
menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang. Interferensi cahaya bisa
terjadi jika ada dua atau lebih berkas sinar yang bergabung. Jika
cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati.
Interferensi cahaya sulit diamati karena dua alasan:
(1) Panjang gelombang cahaya sangat pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut.
(2) Setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang cahaya yang
fasenya sembarang (random) sehingga interferensi yang terjadi hanya
dalam waktu sangat singkat.
Jadi, interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada
gelombang air atau gelombang bunyi. Interferensi terjadi jika terpenuhi
dua syarat berikut ini:
(1) Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab
itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama.
(2) Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitude yang hampir sama.
Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. (a) tidak terjadi interferensi, (b) terjadi interferensi
Untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya kohern sehingga dapat menghasilkan pola interferensi adalah :
(1) sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal
dari celah tunggal (satu celah). Hal ini dilakukan oleh Thomas Young.
(2) dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya
dengan pemantulan saja. Hal ini dilakukian oleh Fresnel. Hal ini juga
terjadi pada pemantulan dan pembiasan (pada interferensi lapisan tipis).
(3) Gunakan sinar laser sebagai penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya kohern.
Percobaan Interferensi oleh Frenell dan Young
Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas
Young menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan
sebuah sumber cahaya S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2
yang kohoren dari hasil pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang
dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan oleh cermin I dan cermin II yang
seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2. Sesungguhnya, S1 dan S2
merupakan bayangan oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 2.4)
Gambar 2.4. Percobaan cermin Fresnell
Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan
dua penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua
dilengkapi dengan dua lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young
memperoleh dua sumber cahaya (sekunder) koheren yang monokromatis dari
sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5). Pada layar tampak pola
garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah
bukti bahwa cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi
karena adanya beda fase cahaya dari kedua celah tersebut.
Gambar 2.5. Percobaan dua celah oleh Young
Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah
garis-garis terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti.
Garis terang terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi
yang saling menguatkan atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap
terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling
melemahkan atau interferensi minimum. Jika kedua sumber cahaya memiliki
amplitudo yang sama, maka pada tempat-tempat terjadinya interferensi
minimum, akan terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk mengetahui lebih
rinci tentang pola yang terbentuk dari interferensi dua celah,
perhatikan penurunan-penurunan interferensi dua celah berikut.
Pada Gambar 2.6, tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas
sejajar. Kemudian, berkas cahaya tersebut melewati penghalang yang
memiliki celah ganda sehingga S¬¬1 dan S2 dapat dipandang sebagai dua
sumber cahaya monokromatis. Setelah keluar dari S1 dan S2, kedua cahaya
digambarkan menuju sebuah titik A pada layar. Selisih jarak yang
ditempuhnya (S¬2A – S1A) disebut beda lintasan.
........................................2.2
Gambar 2.6. Percobaan Interferensi Young
Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan
S1S2 = d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya
ΔS = S2B. Berdasarkan segitiga S1S¬2B, diperoleh
,
dengan d adalah jarak antara kedua celah.
Selanjutnya, pada segitiga COA,
.
Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan
.
Untuk θ kecil, berarti p/l kecil atau p<
................................................2.3
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di
titik A sefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya
merupakan kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang.
ΔS = mλ ............................................................2.4
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi
.........................................................2.5
dengan d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)
Spektrum optik
Spektrum optik (cahaya atau spektrum terlihat atau spektrum tampak)
adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang tampak oleh mata
manusia. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang ini
disebut sebagai cahaya tampak atau cahaya saja. Tidak ada batasan yang
tepat dari spektrum optik; mata normal manusia akan dapat menerima
panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun beberapa orang dapat
menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm (atau dalam frekuensi
790-400 terahertz). Mata yang telah beradaptasi dengan cahaya biasanya
memiliki sensitivitas maksimum di sekitar 555 nm, di wilayah hijau dari
spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink atau ungu, tidak terdapat
dalam spektrum ini karena warna-warna tersebut hanya akan didapatkan
dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang.
Panjang gelombang yang kasat mata didefinisikan oleh jangkauan spektral
jendela optik, wilayah spektrum elektromagnetik yang melewati atmosfer
Bumi hampir tanpa mengalami pengurangan intensitas atau sangat sedikit
sekali (meskipun cahaya biru dipencarkan lebih banyak dari cahaya merah,
salah satu alasan menggapai langit berwarna biru). Radiasi
elektromagnetik di luar jangkauan panjang gelombang optik, atau jendela
transmisi lainnya, hampir seluruhnya diserap oleh atmosfer. Dikatakan
jendela optik karena manusia tidak bisa menjangkau wilayah di luar
spektrum optik. Inframerah terletak sedikit di luar jendela optik, namun
tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
Banyak spesies yang dapat melihat panjang gelombang di luar jendela
optik. Lebah dan serangga lainnya dapat melihat cahaya ultraviolet, yang
membantu mereka mencari nektar di bunga. Spesies tanaman bergantung
pada penyerbukan yang dilakukan oleh serangga sehingga yang
berkontribusi besar pada keberhasilan reproduksi mereka adalah
keberadaan cahaya ultraviolet, bukan warna yang bunga perlihatkan kepada
manusia. Burung juga dapat melihat ultraviolet (300-400 nm).
Warna-warna di dalam spektrum
Meskipun spektrum optik adalah spektrum yang kontinu sehingga tidak ada
batas yang jelas antara satu warna dengan warna lainnya, tabel berikut
memberikan batas kira-kira untuk warna-warna spektrum :[1]
ungu 380-450 nm
biru 450-495 nm
hijau 495-570 nm
kuning 570-590 nm
jingga 590-620 nm
merah 620-750 nm
pink 1000-000 nm
Rabu, 22 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar