Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 April 2014

Pinhole Photography Day

http://www.pinholeday.org

Apa itu Hari Fotografi Lubang Jarum se-Dunia?
Ini adalah acara internasional untuk merayakan dan mempromosikan seni fotografi lubang jarum. Di hari yang unik ini, kami mendorong orang di seluruh dunia
  • untuk beristirahat sejenak dari kemajuan teknologi di dunia dan untuk berpartisipasi dalam aksi sederhana untuk membuat sebuah foto lubang jarum.
  • untuk berbagi visi mereka dan membantu menyebarkan keindahan yang tidak biasa dari proses sejarah fotografi
Kapankah Hari Fotografi Lubang Jarum se-Dunia itu?
Hari Fotografi Lubang Jarum se-Dunia diperingati pada hari Minggu terakhir setiap bulan April. Hari Fotografi Lubang Jarum se-Dunia berikutnya pada hari Minggu, 27 April 2014.
Hari Fotografi Lubang Jarum se-Dunia, Fotografi Lubang Jarum, dan... ANDA!
Kenapa Fotografi Lubang Jarum?
Pengalaman pribadi yang unik!
  • Fotografi lubang jarum memungkinkan Anda untuk membuat sebuah foto yang hanya membutuhkan sebuah wadah kedap cahaya (kotak, kaleng,...) dengan lubang kecil di satu sisi (sebagai kamera) dan media rekam foto-sensitif di dalamnya. Anda dapat mengadaptasi dari benda yang sudah ada, atau membuat kamera sendiri. Pengalaman memotret menjadi sedikit lebih khusus ketika menggunakan kamera buatan anda sendiri, jadi, kami menyediakan beberapa instruksi yang berbeda dalam membuat kamera pada halaman pendukung .
  • Dengan kamera Anda sendiri, ketajaman gambar yang tak terbatas, perspektif miring, dan eksposur lambat, Anda akhirnya dapat menjadi lebih kreatif dan lebih selektif tentang apa yang Anda pilih untuk foto. Beberapa hal ajaib terjadi di fotografi lubang jarum ...
Mengapa berpartisipasi di Hari Fotografi Lubang Jarum se-Dunia?
Sebuah pengalaman kolektif yang menggairahkan
  • Kami mendorong Anda untuk terlibat, untuk tidak hanya mengalami keajaiban itu, tapi untuk berbagi dengan seluruh dunia di laman ini.
Apa yang dapat kami bantu agar anda turut berpartisipasi?
Kami membuat laman ini untuk membantu anda
  • membuat kamera,
  • memotret,
  • bergabung dalam pameran bersama yang lain dari seluruh dunia.
Untuk mencari tahu bagaimana cara menjadi bagian dari WPPD,  kunjungi link ini : http://www.pinholeday.org
http://www.pinholeday.org

http://www.pinholeday.org
 Sumber:






Selasa, 22 April 2014

Cara Kerja Metering pada Kamera DSLR

Kamera DSLR modern biasanya telah dilengkapi dengan teknologi yang dinamakan Metering Mode atau Exposure Metering, Camera Metering atau untuk lebih praktisnya disebut Metering merupakan tools yang sudah dirakit pabrikan didalamnya. Apa itu Metering dan Apa Gunanya Secara prinsip, metering tidak ada bedanya dengan alat ukur lainnya. Metering dipakai kamera DSLR ini pada dasarnya mengukur menggunakan cahaya. Maksudnya, metering ini dipakai untuk mengukur cahaya yang dilihat oleh kamera melalui lensa.
Saat melihat obyek foto melalui view finder (jendela bidik) kamera, kondisi cahaya di obyek tersebut akan diukur oleh sistem metering kamera. Tujuan utama dari sistem metering kamera adalah menghasilkan foto yang pas eksposurnya. Metering melakukannya dengan melakukan analisa tingkat gelap terang sebuah obyek foto kemudian menentukan besarnya shutter speed, aperture, serta ISO supaya hasil foto memiliki cahaya yang pas, tidak underexposure atau overexposure.

Cara Kerja Sistem Metering Kamera
Saat kamera melihat tembok, sistem metering akan mengukur besar cahaya (gelap terang) yang dipantulkan oleh tembok tersebut (reflektif). Hal ini mudah saat obyek foto memantulkan jumlah cahaya yang sama. Namun masing-masing benda memiliki tingkat pantulan yang berbeda.
Saat kita memotret langit, kalau langitnya biru sempurna, metering kamera akan gampang menghitung eksposur karena hanya ada satu tingkat terang yang harus dihitung (biru). Namun saat kita memotret langit dengan tambahan awan putih, metering harus menghitung kecerahan langit biru dan kecerahan awan putih dan harus berusaha menghasilkan eksposur yang optimal. Sekarang tambahkan gunung dan barisan pepohonan ke dalam obyek foto diatas, maka tingkat kompleksitas yang dihadapi metering makin rumit.
Secara umum sebuah kamera saat ini paling tidak telah dilengkapi dengan 3 buah jenis metering yaitu Matrix Metering, Center Weight Metering, dan Spot Metering. Ketiga jenis metering tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan dan tergantung pada kondisi pencahayaan yang dihadapi.

MATRIX METERING
Matrix metering adalah penemuan terbaru dari sistem metering kamera. Metering ini bekerja dengan cara membagi frame kedalam grid-grid kecil. Setiap grid akan dianalisis oleh kamera dan hasilnya akan digabungkan untuk dicocokkan dengan database yang telah disimpan didalam sebuah prosesor dalam kamera tersebut. Hasil kecocokan tersebut adalah hasil metering yang akan digunakan untuk merekam foto yang dibidik.


Database itu sendiri adalah hasil eksposur dari ribuan sampel eksposur berbagai kondisi pencahayaan yang dihasilkan oleh ratusan fotografer profesional. Untuk itu pabrikan kamera mengklaim bahwa metering sistem ini sangat ampuh dan presisi untuk digunakan dalam berbagai keadaan. Kalau metering ini digunakan maka kasus objek putih, kita tidak lagi perlu melakukan kompensasi penambahan eksposur untuk mendapatkan hasil putih seperti yang terlihat, atau pengurangan eksposur pada warna hitam untuk mendapatkan warna hitam seperti yang terlihat.

CENTER WEIGHT METERING
Metering ini menekankan pada bagian tengah foto, dengan asumsi bahwa POI sebuah foto biasanya berada di tengah. Apa yang dilakukan oleh sistem metering ini adalah melakukan analisa dan mengambil nilai rata-rata dari kondisi pencahayaan yang terjadi pada bidang tengah foto. Bagaimanapun nilai yang dihasilkan adalah nilai rata-rata, maka akan selalu terjadi ketidaksesuaian antara kondisi sebenarnya dan kondisi yang dihasilkan. Sebagai contoh, seorang model yang berada dipantai dengan langit yang mendominasi sebagian besar bagian tengah foto, maka saat kalkulasi dilakukan maka yang paling dominan adalah nilai cahaya langit, maka hasil akhirnya akan lebih cenderung untuk mendapatkan eksposur langit dan bukan model itu sendiri.


Pada kondisi pencahayaan normal, artinya kondisi highlight dan shadow yang tidak terlalu kontras, maka biasanya sistem metering ini bisa diandalkan. Kompensasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi sebenarnya, seperti pada kasus hitam dan putih di atas.

SPOT METERING
Dengan spot metering, kamera hanya akan mengukur daerah yang sangat kecil dari obyek foto (antara 1-5% dari luas jendela bidik). Ini biasanya akan menjadi pusat dari obyek itu, tapi beberapa kamera memungkinkan pengguna untuk memilih titik-pusat yang berbeda, atau mengubah komposisi dengan menggerakkan kamera setelah pengukuran cahaya.
Beberapa model kamera, seperti Nikon D90, Canon 60D, dan beberapa kamera digital terkini, mendukung mode Multi-Spot yang memungkinkan pembacaan cahaya pada obyek foto dibeberapa titik, yang kemudian dirata-ratakan.

Senin, 14 April 2014

Penemu Lensa Carl Zeis

Lensa Carl Zeiss dikenal karena kualitasnya yang sangat baik. Lensa Carl Zeiss merupakan satu jenis lensa terbaik dari banyak merk lensa yang beredar dipasaran. Nama dari lensa Carl Zeiss sendiri diambil dari nama penemunya yaitu Carl Zeis. Artikel kali ini akan membahas mengenai biografi Carl Zeiss penemu dari lensa carl zeiss. Carl Zeiss lahir pada tanggal 11 September 1816 di weimar, Jerman. Ia hidup sebelum masa kekaisaran Jerman, di mana ia kemudian masuk ke sekolah tata bahasa dan mulai magang di bawah bimbingan Dr Friedrich Körner, seorang mekanik dan menjadi pemasok ke pengadilan. ia kemudian mulai belajar dalam bidang matematika, fisika eksperimental, antropologi, mineralogi dan optik di University of Jena, Jerman. Setelah tujuh tahun belajar, pada 17 November 1846 membuka sebuah workshop dan toko yang kecil di Jena Neugasse No 7 dengan peralatan bengkel yang hampir tidak ada. Dia kemudian membuat banyak lensa tetapi masih sedikit pengakuan yang diberikan atas karyanya, hingga tahun 1847 ia kemudian mulai menyewa beberapa pekerja untuk membantunya.

Atas anjuran dari dosen di University of Jena, Mattias Jacob Schleiden, Zeiss berkonsentrasi mengerjakan usaha mikroskop. Pada 1847 Carl Zeiss kemudian mulai mencurahkan waktunya membuat mikroskop secara penuh. Inovasi pertama dari carl zeiss adalah mikroskop single-lens sederhana yang berdaya rendah yang ditujukan untuk perkerjaan membedah. Carl Zeiss berhasil menjual sebanyak 32 buah mikroskop buatannya selama tahun pertama produksinya. Carl Zeiss kemudian memutuskan untuk mencoba tantangan baru Tidak senang dengan mikroskop berdaya rendah, Zeiss mulai meningkatkan kekuatan dan membuat mikroskop majemuk yang lebih rumit, dengan kekuatan pembesaran lebih tinggi, serta yang pasti, lebih mahal harga nya.

Mikroskop majemuk memakai banyak lensa. Order ke bengkel Zeiss juga selalu mengalir. Dimana ia kemudian mulai memasarkannya secara besar besaran pada tahun 1857. Pada tahun 1861 ia kemudian dianugerahi medali emas di Pameran Industri Thuringian karena desain mikroskopnya. Mikroskopnya dianggap menjadi instrumen ilmiah yang terbaik di Jerman. Pada titik ini kemudian carl zeiss sudah memiliki sekitar dua puluh orang yang bekerja di pabriknya dan kemudian bisnisnya mulai berkembang. Pada tahun 1866 dalam sebuah lokakarya Zeiss menjual lebih dari seribu mikroskop buatannya.

Pada tahun 1872, zeiss kemudian berekrja sama dengan fisikawan Ernst Abbe. Upaya gabungan mereka kemudian mengarah pada penemuan kondisi sinus Abbe. Secara teoritis, kondisi sinus temuan Abbe sangat dapat meningkatkan seberapa baik lensa bisa dibuat. Namun, bentuk kaca cukup kuat untuk sepenuhnya menguji teori itu pada saat itu tidak ada. Abbe kemudian bertemu Otto Schott seorang ahli kimia kaca selama tiga puluh tahun yang baru saja menerima gelar doktor. Mereka kemudian berkolaborasi dan pada tahun 1886 kolaborasi mereka menghasilkan tipe kaca baru yang sepenuhnya bisa menggunakan kondisi sinus temuan Abbe.
Jenis baru kaca ini memungkinkan kelas baru tentang mikroskop obyektif.

Minggu, 13 April 2014

Filososi Fibonansi

Adalah mustahil bila hidup dianalogikan seperti deret geometri yang memiliki rasio keteraturan tetap. 2, 4, 8, 16, kemudian 32 , dst. Artinya setiap apa yang akan terjadi kelak bisa dikalkulasi secara sempurna tanpa meleset sedikitpun. Sungguh tidak mungkin, kecuali hanya dalam bingkai imajinasi kita yang tak terbatas.
Saya bisa saja membangun imajinasi tentang hidup saya yang sempurna, dengan mengkalibrasi ikhtiar secara maksimal. Tapi menurut garis kalam-Nya, kita dihadapkan pada kenyataan yang berbanding terbalik dengan harapan. Melenceng jauh dari prediksi awal. Maka di situlah eksistensi ketawakalan diperlukan.

Bagi saya pribadi, hidup lebih identik dengan rangkaian angka Fibonacci. Misterius dan tak terprediksi hingga di saat-saat akhir. 2, 4, 6, 10, 16, 26, dst. Deret Fibonacci sebenarnya memang mempunyai formula yang bisa dicari, sehingga membentuk sebuah keteraturan. Misterius disini maksud saya, bahwa dalam perjalanannya, ternyata para ilmuwan dapat menemukan keteraturan2 lain dalam semesta yang sejalan dengan formula Fibonacci.

Kerennya lagi, deret yang dikembangkan oleh Pak Fibonacci ini kemudian menjadi dasar sebuah pola perhitungan modern chaos theory. Chaos Theory sendiri adalah sebuah cabang ilmu matematika dan juga fisika yang membahas sebuah pola pergerakan yang acak namun beraturan. Acak karena tidak pernah menempati titik koordinat yang sama setiap kali bergerak. Beraturan karena selalu pada arah yang sama. Contohnya adalah pergerakan sayap pada kupu-kupu. Meskipun tidak beraturan, pergerakan sayap kupu-kupu selalu sama dari waktu ke waktu yaitu naik dan turun meskipun tidak pernah menempati titik yang sama setiap kali bergerak. (Running Pig - Fibonacci Retracement ).

Jika kita membagi Un dengan Un-1, maka akan diperoleh rasio emas (golden ratio) yang ternyata memiliki keseimbangan sama dengan sejumlah fenomena di alam semesta. Golden ratio bisa kita jumpai sebagai pendekatan paling ideal dengan perbandingan ukuran bagian tubuh manusia rata-rata. Inilah yang banyak dijadikan dasar acuan para seniman dalam menciptakan karya arsitektur mereka. Cangkang-cangkang kebanyakan moluska yang tumbuh mengikuti bentuk spiral logaritmik , susunan spiral pada bunga matahari dan buah pinus, hingga lukisan Monalisa karya Da Vinci, kesemuanya mempunyai pola kesesuaian dengan golden ratio. (Harun Yahya, "Keindahan yang diciptakan di alam : Rasio Emas" ).

Bukan mustahil ke depannya masih banyak rahasia-rahasia semesta yang bakal terungkap dengan angka-angka Fibonacci ....

Dalam kerangka nafas manusia, setiap jengkal episode yang dilalui seringkali adalah konsekuensi dari pilihan sebelumnya. Dan sangat mungkin bahwa apa yang kita terima jauh berbeda dengan milik orang lain, karena kapasitas ikhtiar dan garis hidup berlainan. begitulah misteriusnya hidup.

Saya sadar sepenuhnya jalan titian itu panjang dan berliku, sarat keluputan dan kekhilafan. Seperti yang pernah ditulis Om Andrea Hirata, Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. Namun tiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna.

Maka sebagai manusia biasa, di ujung Ramadhan yang biru ini, izinkan saya memohon maaf kepada kawan semuanya. Atas kealpaan diri, atas tulisan-tulisan yang tak berkenan di hati. Mudah-mudahan kepergian Ramadhan meninggalkan jejak ketawakalan mendaki belantara kehidupan.

Kamis, 10 April 2014

Outdoor Photography

Foto By Fajar
Pemotretan di luar ruangan (outdoor) tentunya berbeda sekali dengan pemotretan di studio dan hasilnya pun memiliki keunggulan tersendiri. Meskipun didalam ruangan studio fotografer dapat mengatur sumber dan arah cahaya dari lampu kilat (flash) namun hasil fotonya sama sekali tidak bisa menyamai hasil foto outdoor. Pemotretan outdoor memerlukan kecermatan dalam memilih sudut pengambilan dan lokasi pemotretan untuk mendapatkan hasil foto yang artistik dan maksimal dari segi pencahayaan.
 
Berdasarkan pengalaman fotografer outdoor, ada 4 faktor yang sangat mempengaruhi kualitas pemotretan di luar ruangan.

KEMAMPUAN FOTOGRAFER
Ini adalah faktor utama yang menentukan kualitas sebuah karya fotografi. Fotografer dituntut untuk pandai memilih sudut pemotretan, menggunakan alat yang tepat, memilih lokasi, dan tentunya mahir dalam mengatur setting-an kameranya. Fotografer studio belum tentu mahir di alam terbuka, karena mereka terbiasa dengan ketersediaan pencahayaan yang bisa diatur sesuka hati fotografer namun tidak demikian dengan fotografer outdoor yang ketersediaan pencahayaan tidak bisa diatur sesuka hati seperti cahaya dari matahari, lampu jalanan, dll. Dengan kata sederhana, fotografer studio belum tentu mahir memotret outdoor, tapi fotografer outdoor pasti mampu memotret indoor.

POSE DAN EKSPRESI
Ini adalah faktor utama yang kedua dalam sebuah karya foto yang mengandung unsur manusia sebagai objek utamanya seperti Wedding Photo Outdoor. Secantik-cantiknya seorang model jika model yang difoto tak mampu berekspresi / pose tentunya akan mengurangi keindahan hasil foto tersebut. Usahakan untuk mempelajari pose-pose dan ekspresi yang sederhana sebelum melakukan sesi pemotretan. Rencanakan foto pra pernikahan (Photo Pre-Wedding) jauh – jauh hari sebelum hari pernikahan anda. Yang perlu diingat adalah ekspresi yang baik adalah ekspresi alamiah yang anda rasakan setiap hari, tidak kaku dan tidak seperti dibuat-buat.

KONSEP FOTO DAN KOSTUM YANG SESUAI
Konsep foto adalah tema dari foto itu sendiri. Contoh konsep photo yang paling sederhana adalah tema Casual, dimana calon pengantin cukup mengenakan pakaian santai / casual, di foto seolah-olah mereka sedang berlibur di sebuah daerah yang menyenangkan. Sesuaikan warna kostum yang anda pakai dengan tempat dimana anda akan melakukan pemotretan. Konsultasikanlah konsep foto dengan fotografer anda jauh-jauh hari sebelum sesi pemotretan dimulai.

LOKASI PEMOTRETAN
Jangan asal memilih lokasi pemotretan, pilihlah lokasi yang betul-betul indah untuk diabadikan. Jika lokasi pemotretan kurang indah, biasanya fotografer hanya akan mengambil foto-foto secara close up karena memang backgroundnya kurang menarik. Jika memang demikian maka hasilnya tidak akan berbeda jauh dengan hasil foto studio. Cuaca di lokasi pemotretan juga berpengaruh sekali terhadap keindahan hasil akhir foto outdoor.
Foto By Fajar













Selamat Membaca semoga bermanfaat

Rabu, 09 April 2014

Mari Mengenal Photogram

Fotografi berasal dari bahasa latin Photos yang artinya melukis dan Graphos yang artinya melukis atau menggambar. Pada abad ke-5 sebelum masehi, seorang bernama Mo Ti, telah mengamati sebuah gejala pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksi pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat ruang tadi. Kemudian pada abad ke-10 masehi, seorang berkebangsaan Arab Ibn Al Haitam menemukan fenomena yang sama pada tendanya yang berlubang. Namun yang tercatat dalam sejarah yaitu sekitar abad ke-11 masehi, seperti halnya MO Ti, saat itu orang berpikir tentang lubang kecil di sebuah dinding akan menjadi sumber cahaya di ruangan tersebut, gambaran yang tampak diluar akan muncul di dinding sebelahnya. Ruangan ini disebut camera obscura, dalam bahasa latin memiliki arti “kamar gelap ( dark room). Berdasarkan hal tersebut kemudian berkembang menjadi salah satu teknik fotografi paling sederhana yang kita sebut dengan fotogram.
Fotogram adalah gambar fotografi yang dibuat tanpa kamera dengan menempatkan objek langsung pada permukaan bahan foto-sensitif seperti kertas foto dan kemudian diperlihatkan pada cahaya. Hasilnya adalah gambar bayangan negatif dengan nada bervariasi, tergantung pada transparansi objek yang digunakan. Area kertas yang telah menerima cahaya tidak tampak putih. Mereka yang terpapar melalui benda transparan atau semi-transparan tampak abu-abu. Fotogram merupakan salah satu cabang Fotografi, bahkan fotogram telah ditemukan jauh sebelum fotografi yang kita kenal saat ini berkembang. Dengan kata lain fotogram adalah cabang fotografi yang pertama ditemukan manusia dan tentu saja yang tertua.
Seperti semua proses fotografi, fotogram memerlukan cahaya. Sumber yang paling umum digunakan adalah cahaya hal ini bertujuan sebagai pembesar yang digunakan dalam pencetakan negatif konvensional, hampir setiap sumber cahaya dapat digunakan. Dalam pengaturan ruang gelap tradisional, kertas di tempatkan menggunakan bingkai cetak. Objek yang akan digunakan dalam membuat gambar ditempatkan di atas kertas foto peka cahaya. Ketika sebuah komposisi yang cocok telah ditemukan, maka sorotan cahaya digunakan untuk mengekspos kertas. Kemudian tahap akhirnya adalah dengan proses cuci cetak secara manual.


Keterangan :
1. Sumber cahaya
2. Objek benda dengan permukaan yang tidak rata
3. Objek benda dengan permukaan yang rata
4. Bidang kertas yang dengan intensitas cahaya paling banyak akan menimbulkan warna gelap pada kertas
5. Bidang kertas pada ujung objek benda akan menimbulkan warna transparan atau lebih ke abu-abu
6. Bidang kertas yang terhalangi objek benda akan menimbulkan wana putih
7. Pada objek benda yang rata maka bidang kertas akan menimbulkan warna yang tegas.


LANGKAH KERJA
Anda dapat menciptakan sebuah karya fotogram dengan cara yang sangat sederhana dan mudah, yang Anda butuhkan adalah :
1. menyiapkan kertas foto,
2. cairan kimia pengembang (developer),
3. cairan kimia penghenti (stop bath) atau dapat diganti dengan menggunakan cuka masak,
4. cairan kimia penetap ( fixer),
5. wadah untuk menuangkan larutan,
6. menyiapkan benda-benda yang akan anda jadikan sebuah objek.
Setelah semuanya anda siapkan, maka Anda dapat segera menyusun benda-benda tersebut diatas kertas foto didalam sebuah kamar gelap. Setelah komposisi yang Anda inginkan selesai maka telah siap untuk di eksekusi atau dengan kata lain disinari.
Perlu di ingat, semakin lama penyinaran dilakukan pada kertas foto. maka hasilnya akan semakin gelap (hitam) dan semakin sedikit sinar yang mengenai kertas foto, maka akan semakin terang (putih). Jadi alangkah lebih baik jika sebelum eksekusi dilakukan Anda terlebih dahulu melakukan test print pada sepucuk kertas foto yang anda gunakan. Hal ini akan sangat membantu Anda dalam menentukan berapa lama waktu eksekusi yang Anda butuhkan.
Setelah Anda melakukan eksekusi maka Anda telah memasuki tahap proses kimiawi. Kertas foto yang telah disinari kemudian dimasukkan kedalam cairan pengembang dengan waktu sesuai dengan petunjuk penggunaan. Setelah diproses didalam cairan pengembang, kertas foto dimasukkan kedalam cairan penghenti (stop bath) juga sesuai dengan waktu yang di anjurkan. Proses berikutnya kertas foto dimasukkan kedalam cairan penetap dengan waktu yang lebih lama dari pada proses pengembang dan penghenti. Setelah dari proses penghentian maka kertas foto harus dicuci bersih dengan air mengalir kemudian Anda dapat mengeringkan dan jadilah sebuah karya fotogram.
Semoga Bermanfaat Selamat berkarya

Selasa, 25 Maret 2014

Memahami Konsep ISO

Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif sensor terhada cahaya.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah komunitas lebah. Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO 100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja. Dan jika kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah pekerja.

Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik dan aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya mengeset ISO saya di 200 sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka gambar punya siapakah yang akan lebih cepat selesai?

Secara garis besar, saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 ( dalam aperture yang selalu konstan – kita kunci aperture di f/3.5 atau melalui mode Aperture Priority – A atau Av) , kita mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai separuhnya (2kali lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250 detik. Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu pembuatan foto sampai separuhnya lagi:1/500 detik. Setiap kali mempersingkat waktu esksposur sebanyak separuh , kita namakan menaikkan esksposur sebesar 1stop.

Anda bisa mencoba pengertian ini dalam kasus aperture, cobalah set shutter speed kita selalu konstan pada 1/125 (atau melalui mode Shutter Priority – S atau Tv), dan ubah-ubahlah setting ISO anda dalam kelipatan 2; missal dari 100 ke 200 ke 400 …dst, lihatlah perubahan besaran aperture anda.

Senin, 24 Maret 2014

Sejarah Kelahiran Fotografi - Sejarah kamera pertama - slr pertama - kelahiran kodak Nikon pollaroid dan Canon

Sejarah Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.

Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).

dalam sejarah fotografi Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.

Minggu, 23 Maret 2014

Ansel Adams

Lahir         :  20 Februari 1902, San Francisco, California,
Meninggal     :  22 April 1984 (umur 82 tahun)
Orang Tua    :  Charles dan Olive Adams
Pekerjaan     :  Fotografer dan aktivis konservasi
Pasangan     :  Virginia Rose Best
Anak             :  Michael, Anne

Adams lahir sebagai anak tunggal dari Charles dan Olive Adams di Western Addition, San Francisco, California. Kedua orang tuanya berasal dari kalangan atas, dan ia diberi nama Ansel seperti nama salah seorang pamannya, Ansel Easton. Keluarga Adams berasal dari New England, moyangnya berimigrasi dari utara Irlandia ke Amerika Serikat pada awal 1700-an, namun tidak ada hubungan kekerabatan dengan keluarga Presiden Adams. Kakeknya mendirikan bisnis penebangan kayu yang sukses. 

Perusahaan tersebut kemudian dijalankan oleh ayahnya, walaupun ayahnya lebih berbakat di bidang sains daripada bisnis. Ansel Adams di kemudian hari mengecam industri penebangan kayu yang dianggapnya telah terlalu banyak menebang hutan-hutan pohon redwood yang menakjubkan.

Keluarga ibunya berasal dari Baltimore. Kakek dari pihak ibunya pernah memiliki bisnis jasa angkutan barang yang sukses, namun menghambur-hamburkan kekayaannya di bidang pertambangan dan realestat yang gagal di Nevada. Ansel Adams lahir di rumah, di tempat tidur orang tuanya. Ketika berusia empat tahun, ia terlempar dengan wajah membentur dinding kebun akibat gempa susulan ketika terjadi gempa bumi San Francisco 1906. Akibat benturan tersebut, hidungnya patah. Di antara ingatan masa kecilnya adalah pemandangan api yang sedang melalap sebagian besar kota San Francisco yang hanya beberapa mil jauhnya. Hidungnya yang patah dan miring ke kiri tidak pernah diperbaiki, dan tetap bengkok sepanjang hidupnya.

Adams kecil sudah menampakkan kecerdasannya dan tergolong anak yang hiperaktif walaupun memiliki gangguan kesulitan membaca, sehingga pendidikannya hanya setara SLTP. Satu-satunya kegembiraan Adams kecil adalah menikmati alam, dekat jembatan The Golden Gate. Hampir setiap hari ia terlihat bermain-main di sana seusai les piano yang dijalaninya. Sejak usia belasan, Adams sudah senang memotret dengan kamera Kodak No.1 Box Brownie yang diberikan ayahnya. Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan sebuah klub pencinta alam, Sierre Club. Di klub ini pula ia berjumpa dengan istrinya, Virginia Best, yang dinikahinya tahun 1928, yang kemudian memberinya dua anak. Ansel awalnya tertarik menjadi seorang pianis konser, tapi ia menjadi tertarik pada fotografi setelah melihat beberapa negatif Paul Strand ‘s. Ansel sangat tertarik pada alam dan mengambil banyak foto di banyak daerah. Ansel Adams meninggal dunia 22 April 1984, pada usia 82 tahun akibat gagal jantung yang diperparah kanker. Ia meninggalkan seorang istri, dua orang anak (Michael lahir Agustus 1933, dan Anne lahir tahun 1935), serta 5 orang cucu. (id.wikipedia.org/wiki/Ansel_Adams)

Jumat, 21 Maret 2014

Exposure

Exposure adalah istilah dalam fotografi yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
Untuk membantu fotografer mendapat setting paling tepat untuk Exposure, digunakan lightmeter. Lightmeter, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Sehingga didapat Exposure normal.
Hal-hal yang mempengaruhi Exposure
Exposure dipengaruhi oleh tujuh hal, yaitu:
  1. Jenis dan intensitas sumber cahaya
  2. Respon benda terhadap cahaya
  3. Jarak kamera dengan benda
  4. Shutter speed.
  5. Bukaan.
  6. Ukuran ISO/ASA film yang digunakan.
  7. Penggunaan filter tertentu.
Pengaruh tingkat Exposure
Tingkat Exposure akan mempengaruhi tingkat keterangan foto secara keseluruhan.
Selain itu, respon tiap benda di dalam satu karya fotografi akan berbeda, sehingga dengan pengolahan yang tepat fotografer bisa mengatur emphasis yang dihasilkan.
Exposure tidak normal
Ada dua jenis Exposure tidak normal yang sering ditemui di dalam karya fotografi, yaitu over eksposure dan under exposure.
Overexposure adalah keadaan foto yang dipajan lebih lama dari yang diinstruksikan lightmeter atau subjek yang ditangkap lebih terang dari sebenarnya. Sementara under exposure adalah keadaan sebaliknya.
Tidak ada ukuran benar atau salah untuk penentuan Exposure. Seluruhnya tergantung tingkat emphasis dan hasil foto yang diinginkan fotografer.
Nilai Exposure
Seperti kita ketahui bahwa cahaya luar akan diteruskan oleh lensa menuju ke atas focal plane. Dalam perjalanannya, cahaya tersebut melewati rintangan-rintangan optik sepanjang jajaran lensa dan sebagian darinya akan diredam (karena tidak mempunyai amplitudo/intensitas yang cukup siknifikan), atau terpantul oleh permukaan tiap-tiap jajaran lensa hingga mempengaruhi akurasi warna pada hasil foto akhir, menimbulkan efek flare atau ghosting artifact/motion blur; sebagai akibat dari sifat lensa yang meneruskan, membiaskan, meredam, memantulkan cahaya.
Ini berarti bahwa, walaupun lensa-lensa komersial telah ditera berdasarkan standar CCI (Colour Contribution Index) yang ditetapkan oleh IOS (International Organization for Standardization), penggunaan bahan gelas/kaca yang berbeda untuk tiap-tiap lensa beserta jenis coating yang dipakai akan berpengaruh pada lebar spektrum dan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan focal plane.
Pada sekitar tahun 1950, konsep mengenai en:exposure value dikembangkan di Jerman untuk menyederhanakan pengukuran cahaya yang jatuh ke atas focal plane dengan menghilangkan parameter lensa untuk mendefinisikan nilai Exposure yang absolut menjadi relatif.
Nilai Exposure absolut menurut standar fotometri didefinisikan sebagai daya pendar (, bukan intensitas) cahaya yang terjadi di atas focal plane pada rentang waktu tertentu, dirumus: [1]
di mana:

Kamis, 20 Maret 2014

Film gulung "35mm"

Film gulung merujuk pada lembaran plastik yang digunakan untuk merekam gambar. Plastik tersebut sudah diperlakukan khusus, sehingga sensitif akan cahaya.
Film ini dilapisi dengan emulsi yang mengandung garam halida perak (diikat dengan gelatin) dengan kristal berbagai ukuran yang menentukan sensitivitas, kontras, dan resolusi film. Ketika resolusi cukup terpajan pada cahaya (atau bentuk radiasi elektromagnetik lain seperti sinar X), film ini membentuk gambar laten (tak terlihat). Proses kimia dapat terjadi untuk membentuk gambar yang terlihat.
Dalam film gulung hitam-putih, biasanya ada 1 lapis garam perak. Sedangkan film berwarna menggunakan 3 lapisan emulsi.
Film berwarna yang baru seperti Kodacolor II, memiliki 12 lapisan emulsi, dengan lebih dari 20 bahan kimia yang berbeda di tiap lapisan.

35mm adalah format film kecil dengan ukuran bagian sensitif cahaya 24x36mm untuk setiap pengambilan, walaupun beberapa kamera memiliki kemampuan untuk membaginya dua untuk keperluan efisiensi.
35mm biasanya dikemas dalam selongsong tabung kecil, umumnya untuk 24 dan 36 kali pengambilan gambar. Kualitasnya tidak setara dengan film format menengah (medium format) dan format lebar (large format), tetapi sangat praktis.
Film keluar dari tabung lewat lubang kedap cahaya - lubang berbentuk garis kecil dengan kain penyerap cahaya warna hitam. Tetapi tentu saja dibuat film dalam jumlah banyak (bulk) dan kemudian digulung sendiri dalam tabung pakai ulang. Hasilnya adalah rol film bisa lebih panjang dan lebih hemat.
Film Fotografi dengan memperlihatkan bagian dalam. Pita berisi butiran silver halida dililitkan pada poros badan film yang menyebabkan pita film bisa bergerak berputar sesuai tarikan badan kamera.

Rabu, 19 Maret 2014

6 Tips Memotret Wajah Dengan Karakteristik Khas

Kadangkala kita diminta memotret wajah teman atau kenalan yang memiliki karakteristik wajah yang khas (dalam pengertian kurang baik, misalnya: hidung yang pesek, pipi tembem, kupingnya gede dll) – karena tiada manusia yang sempurna.
Kita bisa mencoba beberapa teknik pemotretan tertentu agar teman tadi tetap kelihatan oke, teknik pemotretan ini bertujuan mengurangi “efek negatif” dari karakteristik yang sudah disebutkan tadi.
Berikut tipsnya:
  1. Jika kepala teman anda botak, potretlah dari angle yang rendah (kamera agak mendongak keatas) dan jika anda menggunakan pencahayaan tambahan, usahakan agar tidak ada sumber cahaya yang memantul di kepalanya
  2. Jika wajahnya memiliki kerutan yang banyak, gunakan sumber cahaya yang arahnya dari depan, bukan dari samping. Cahaya yang datang dari samping akan memperjelas tekstur kerutan ini
  3. Jika teman anda telinganya gede, aturlah pose mereka supaya hanya satu telinga yang terlihat dan usahakan agar telinga yang terlihat ini tidak tampak menonjol
  4. Jika teman anda pesek, potretlah dari depan dan aturlah pose-nya agar muka menatap lurus ke depan.
  5. Jika teman anda dagunya berlipat dua, aturlah pose-nya agar menatap lurus ke kamera dan usahakan agar kepala agak condong ke depan sehingga lipatan dagu berkurang
  6. Jika wajah teman lumayan tembem, kasih tahu supaya diet (he he) lalu aturlah pose-nya agar menatap serong ke kanan atau kiri namun jangan sampai lurus ke samping, serong sedikit saja.

Sabtu, 15 Maret 2014

Bagaimanakah Cara Kerja Kamera

Tahu kah anda bagaimana gambar diri kita bisa terekam di dalam kamera? Ternyata cara kerja kamera menyerupai cara kerja mata kita. Jika kita memotret, gambar yang dibentuk oleh bayangan obyek di tuangkan pada film. Sedangkan pada mata kita, jika kita melihat suatu gambar maka  bayangan yang dibentuk dituangkan pada retina mata. Susunan kamera sama dengan susunan mata kita, akan tetapi pemrosesan gambarnya sangat berbeda.


Kamera terdiri atas sebuah lensa cembung dan film. Saat menekan tombol shutter pada kamera, terdapat proses yang sangat cepat dalam menangkap gambar. Pantulan cahaya dari benda yang ada di depan kamera masuk ke kamera lalu mengenai lensa cembung. Lensa cembung ini yang akan memfokuskan cahaya yang diterima berupa bayangan terbalik ke suatu tempat yang disebut film yang sangat peka cahaya.

Proses kimia terjadi saat film terkena cahaya dan membentuk sebuah pola gambar. Hanya bagian film yang terkena cahaya yang akan terbakar dan hangus, sedangkan bagian yang lainnya tetap. Film yang digunakan untuk foto hitam putih menggunakan satu lapis senyawa garam perak halida. Sedangkan untuk foto berwarna menggunakan minimal 3 lapis senyawa garam perak halida.

Hasil dari penangkapan film adalah sebuah lembaran hitam yang disebut klise/negatif. Kemudian film dicetak pada kertas foto. Pada proses ini arang sisa film yang terbakar karena terkena cahaya akan  terbuang sehingga lapisan film menjadi putih/transparan. Sedang yang tidak terbakar tetap hitam. Proses selanjutnya adalah mentransfer film (negatif) ke atas kertas foto (positif) atau disebut dengan proses pencetakkan. Kertas yang digunakan untuk mencetak foto adalah kertas khusus yang dilapisi senyawa ferro. Oh iya, proses pencetakan atau pencucian foto harus dilakukan pada ruang gelap loh. Kenapa begitu? Karena cahaya dapat merusak hasil film yang sangat mudah terbakar.

Saat ini, untuk mencetak sebuah gambar pada kertas foto sudah tidak menggunakan kertas film lagi. Kini kamera modern yang disebut kamera digital menggunakan proses elektronik dan menyimpan gambar hasil pemotretan pada sebuah kartu (memory card). Hasil foto bisa dilihat secara langsung secara digital tanpa harus melalui proses pencetakkan terlebih dahulu. Sampai sekarang cara kerja kamera modern masih dikembangkan oleh setiap produsen kamera.

Jumat, 14 Maret 2014

Mengenal Mode Auto atau P A S M

Banyak orang yang menggunakan mode Auto, karena mudah. Banyak juga fotografer yang ngotot (entah ke diri sendiri atau ke orang lain) bahwa fotografer harus menggunakan mode M (Manual). Nah, mode apa yang sebaiknya kita gunakan?

Kamera DSLR mempunyai banyak pilihan/settingan: white balance, ISO, aperture, shutter speed, AF point, metering, dsb. Untungnya, kamera bisa mengatur semua pilihan tersebut untuk kita, dengan menggunakan mode Auto. Kita tinggal menekan shutter saja.

Kamera juga menyediakan mode-mode lain di mana kita bisa mengambil kendali atas pilihan-pilihan tersebut. Biasanya tersedia empat mode lagi, yang biasa disingkat PASM: Program, Aperture priority, Shutter speed priority, dan Manual. Keempat mode tersebut bertahap mulai dari yang paling otomatis hingga yang paling manual. (Tentu saja, hal ini mungkin berbeda tergantung merk kamera. Di Canon, misalnya, A dan S tertulis sebagai Av dan Tv.)

Program mode: kita bisa menentukan white balance (walaupun ada pilihan Auto WB juga), ISO, exposure compensation, AF point, dan metering. Kamera akan menentukan aperture dan shutter speed yang diperlukan (termasuk setelah penyesuaian dengan exposure compensation yang kita tetapkan).

Aperture priority: mirip seperti Program, tapi kita juga menentukan aperture yang akan digunakan, sedangkan kamera tinggal menentukan shutter speednya.

Bagaimana Cara Memencet Tombol Shutter

Memencet tombol mungkin terdengar sepele, namun bagi pemula yang baru memiliki kamera, tentu ada hal yang perlu diketahui, karena saat anda memencet tombol shutter dengan benar maka kerja kamera akan lebih optimal. Yang perlu anda ketahui adalah bahwa cara memencet tombol shutter menentukan bagaimana kamera melakukan metering dan autofokus.

Arahkan kamera ke obyek yang akan anda foto kemudian pencet shutter kebawah namun jangan pencet sampai habis, pencetlah kira-kira separuh jalan dulu tanpa jari anda lepas dari tombol. Anda akan merasakan bahwa ada batas halus yang mengatakan “oh, berhenti disini dulu ya, aku mau mikir sebentar nih”. Dengan berhenti dulu sebentar ditengah jalan, anda memberi waktu bagi mekanisme autofokus kamera untuk maenganalisis obyek foto, mencari titik fokus dan baru kemudian mengunci fokus.

Kamis, 13 Maret 2014

SEJARAH SINGKAT FOTOGRAFI JURNALISTIK

SEJARAH Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pada awalnya fotojurnalistik hanyalah sebagai foto pendukung sebuah penerbitan saja. Namun dalam perkembangannya fotojurnalistik tak lagi sebagai foto pelengkap. Tetapi fotojurnalistik berkembang pesat dan mampu menjadi sebuah foto berita secara mandiri tersendiri, yang mampu menghebohkan dunia.
Dan kini fotojurnalistik tidak lagi hanya sebagai islustrasi (penglengkap) sebuah naskah berita di dalam sebuah penerbitan saja. Penggunaan teknik fotografi dalam media cetak baru terjadi pada akhir abad 19. Pada edisi tanggal 4 Maret 1877, surat kabar New York Daily Graphic yang terbit di Amerika Serikat memunculkan foto buah karya Henry J. Newton. Foto hitam putih yang menggambarkan pesona tambang pengeboran itu adalah foto perdana di dunia yang diterbitkan pada suatu media cetak. Sejak itu penggunaan foto sering kali menjadi pelengkap berita di dalam koran.
Sementara di Indonesia fotojurnalistik digunakan sebagai alat komunikasi untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Fotojurnalistik di Indonesia, pertama di buat oleh seorang warga negara Indonesia saat terjadi detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan.
Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan kamera Leica. Pada saat itulah pada pukul 10.00 WIB pagi tanggal 17 Agustus 1945 saat dilaksanakan upacara pengibaran bendiri di Pegangsaan Timur, Jakarta foto jurnalis Indonesia lahir. Sejak reformasi tahun 1998, fotojurnalistik di Indonesia terus tumbuh, seiring kebebasan pers Indonesia.
Menurut Oscar Motuloh dalam tulisannya yang berjudul Fotojurnalistik suatu pendekatan visual dengan suara hati, mengungkapkan fotojurnalistik memeiliki karakteristik diantaranya:

Rabu, 12 Maret 2014

Teknik Lumen Print

Dalam Kesempatan Kali ini saya akan berbagi tentang Tehnik lumen print, Lumen Print merupakan salah satu cara membuat karya tanpa kamera yang merupakan aplikasi dari Alternative Photography yang hampir mirip dengan Fotogram, akan tetapi proses pengerjaannya sedikit berbeda. menggambar atau melukis dengan cahaya merupakan esensi dari fotografi yang bisa kita jalankan meski tanpa kamera. 
Prinsip kerja Lumen Print cukup sederhana, yaitu menggunakan material peka cahaya berupa kertas foto BW (ilford, merit, lucky, dll), serta daun/bunga yang mempunyai tekstur menarik diletakkan di atas kertas foto dan ditindih dengan kaca agar supaya objek gambar tidak berubah karena goyang atau terkena angin, kemudian dijemur di bawah sinar Matahari atau dapat dilkukan di dalam ruangan dengan disinari dengan lampu UV, flash, ac slave, strobo , dll sesuai keinginan (tentu saja kondisi pencahayaan yang dibutuhkan akan berbeda). Lumen mampu menangkap esensi fisik dari spesimen tumbuhan dan membangkitkan nilai keindahan pada kertas foto.
Berikut beberapa contoh hasil karya proses lumen print dari saya:
Lumen Print By Fajar

Lumen Print By Fajar
 Selamat mencoba semoga bermanfaat....

Rabu, 19 Februari 2014

Mengenal Format File Foto

File gambar sebenarnya terdiri atas berbagai format. Yakni BMP, PNG, GIF, PSD, EPS, GIF, dan TIFF. Bitmap yang biasa disingkat dengan bmp. Format ini biasanya digunakan untuk format grafis. PSD dipakai untuk format photoshop. Jika file foto disimpan dalam format PSD, foto tersebut masih dapat diedit kembali pada layer maupun backgroundnya. Format file foto lebih sering menggunakan JPEG (JPG) dan TIFF. Format yang paling umum digunakan adalah JPG. Format TIFF dihasilkan dari
RAW yang berarti mentah. File itu merupkan file orisinal yang dapat diubah menjadi file dengan extention JPG maupun TIFF. JPEG kependekan dari Joint Photographic Expert Group. TIFF kependekan dari Tagged Image File Format. Format file RAW pada tiap produk kamera berbeda. Extension format RAW pada kamera Canon biasanya menggunakan .CR2. kamera Nikon menggunakan .NEF, Sony ARW, dan Olympus .ORF
Para fotografer perlu menggunakan format RAW? Format tersebut mempunyai beberapa keistimewaan pada detail dan kaya warna setelah dikonversi pada format TIFF. Konversi RAW dalam digital photo profesional pada kamera Canon terdapat 8 bit dan 16 bit. Konversi dengan 8 bit menghasilkan 30 Mb, sedangkan 16 bit menghasilkan 60Mb. Jadi memori 16 bit sangat besar. Selain itu, 16 bit belum tentu bisa digunakan pada aplikasi cetak yang sesuai.

Data yang dihasilkan prosesor dalam bentuk format file RAW tidak bisa dilihat langsung dengan Photoshop, kecuali menggunakan Plug-in Adobe Converter RAW maupun software khusus bawaan kamera. Proses gambar RAW kamera Canon  menggunakan DPP (digital photo professional). Format file .CR2 dikonversi menjadi file gambar JPEG atau TIFF. Kamera Nikon menggunakan Capture NX. Misalnya, jenis Nikon Capture yang digunakan dalam kamera Nikon, seperti D90, akan berbeda dengan D3000 sehingga perlu di-upgrade.

Bila digambarkan dalam film kamera konvensional, gambar RAW mirip gambar laten. Gambar muncul kali pertama ketika diberi larutan pengembang. Demikian juga gambar RAW. Format RAW dalam kondisi mentah tidak bisa melihat gambar RAW dalam komputer meski menggunakan software Photoshop tanpa plug-in converter RAW. Salah satu fungsi converter RAW sebagai pengembang.

Sebagian besar kamera DSLR dilengkapi dengan fasilitas format RAW. Kadang, untuk penggemar foto, format tersebut tidak banyak digunkan. Sebab, mereka belum mengerti fungsinya. Bagi profesional, format itu sangat berarti. Format tersebut memperhatikan detail, degradasi, dan ketajaman warna.

Keunggulan format tersebut, detail masih terlihat jika diperbesar. Selain itu, format tersebut dapat dengan mudah mengontrol exposure dan memperbaiki kontras dengan deparitas yang besar. Hal itu tidak dapat dilakukan dengan software pengelola gambar. Proses editing juga dilakukan dengan mudah pada gambar RAW. Misalnya, saturasi, warna, kontras, brightness fill light, recovery, white ballance, tone curve pada shadow dan highlight, serta ketajaman . perubahan tersebut dengan mudah dilakukan tanpa mengubah koreksi data historis, seperti ketika mengedit dengan photoshop.

Detail yang bagus tentu berkorelasi dengan jumah byte yang besar. RAW tidak terkompresi hasil perubahan sinyal elektronik dari sensor. Diperlukan memori yang besar dan waktu lama ketika mengedit file tersebut. Karena itu penggunaan RAW ketika memotret mengurangi kemampuan burst mode atau contonuous shooting. Namun, para fotografer profesional tetap menyukai format file tersebut. Sebab gradasi warna, detail, dan ketajamannya sangat bagus.
Semoga Bermanfaat......
Diberdayakan oleh Blogger.