Sabtu, 05 April 2014

KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI ANTARA ESTETIKA DAN MATEMATIKA

Hubungan antara fotografi dengan estetika pastilah amat erat. Salah

satu syarat foto yang bagus haruslah sedap dipandang, bersestetika.
Tapi apa hubungan antara fotografi dengan matematika? Mungkin
teman-teman ada yang belum tahu. Hubungannya pada komposisi. 

Memahami komposisi yang baik merupakan langkah awal dalam memperbaiki
karya foto anda (Mulyanta, 2007). Mengapa? Karena menurutku tidak
masalah kita belum begitu memahami teknik dasar pencahayaan, kecepatan
bukaan diafragma, ukuran bukaan lensa. Semua itu sudah terprogram pada
sistem kamera digital saat ini. Tinggal setel saja pada mode otomatis.
Maka seorang fotografer pemula bisa menghasilkan foto
seperti hasil seorang professional. 

Kalau mau settingan yang khusus juga bisa. Mau menghasilkan gambar
pemandangan yang bagus, tinggal setel saja pada mode landscape. Mau
foto potret yang memukau, setel saja pada mode portrait. Begitu juga
kalau kita mau foto benda yang bergerak, foto di waktu malam, foto
macro-benda kecil kelihatan besar-semuanya sudah ada programnya. 

Tetapi ada satu bagian dalam teknik fotografi yang belum ada
programnya. Yaitu komposisi. Kamera tercanggih di dunia ini belum bisa
mendeteksi komposisi dari obyek yang pas. Mungkin karena komposisi
langsung berhubungan dengan seni. Seni adalah keindahan. Keindahan
penilaiannya tergantung pada kepekaan perasaan manusia yang melihatnya.
Tidak bisa dikenali oleh sebuah program komputer. Oleh karena itu
merupakan langkah awal yang baik bila kita memahami komposisi sebelum
mempelajari teknik dasar fotografi yang lain. 

Kita mulai dengan teknik komposisi yang cukup tua, yaitu Golden Ratio
atau Rasio Emas. Komposisi ini ada pada tiap keindahan yang ada di alam
: bunga matahari, buah cemara, cangkang kerang, jari-jemari kita,
piramida Mesir dan bahkan Lukisan Monalisa. Yang mengejutkan adalah
keindahan komposisi ini berhubungan sangat erat dengan matematika.
Seorang ahli matematika asal Italia bernama L. Pisano Fibonacci yang
menemukannya. Ia menemukan sebuah deret angka yang masing-masing angka
dalam deret tersebut merupakan hasil penjumlahan dari dua angka
sebelumnya. Untuk selanjutnya deret angka ini dikenal dengan Fibonacci
Numbers atau Angka Fibonacci. 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.